KUNINGANSATU.COM,- Pihak Rumah Sakit Permata Kuningan melalui dr. Ihsan memberikan klarifikasi resmi kepada redaksi Kuningan Satu terkait meninggalnya siswi SMAN 1 Kadugede yang sempat dikabarkan akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG).

Dalam penjelasannya, Senin (20/10/2025), dr. Ihsan menerangkan bahwa pasien datang ke IGD RS Permata dalam kondisi penurunan kesadaran. Sebelumnya, pasien sudah tiga hari mengeluh mual, muntah, demam, dan sakit kepala.

“Pada pagi harinya, pasien sempat kejang di rumah dengan gejala tangan dan kaki kejang-kejang, mata melirik ke atas, serta keluar air liur. Setelah itu pasien tidak dapat diajak berkomunikasi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dr. Ihsan menjelaskan bahwa pasien masuk IGD pada Kamis (16/10/2025) dalam keadaan lemas, kontak tidak bagus, dan tidak responsif. Namun, tanda vital pasien dinyatakan normal, mulai dari tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, hingga saturasi oksigen.

Menurut dr. Ihsan, dokter Alif sebagai penangan pertama menegaskan bahwa diagnosis awal meliputi penurunan kesadaran, observasi kejang/konfusi, serta gangguan lambung (dispepsia).

Pasien kemudian dipasangkan selang NGT, bukan untuk menyedot racun, melainkan untuk:

  1. Memasukkan obat, dan
  2. Mencegah aspirasi pada pasien dengan kesadaran menurun.

“Cairan hijau yang keluar dari selang itu bukan racun, tetapi cairan lambung bercampur empedu. Jadi tidak bisa disebut keracunan,” tegasnya.

Dr. Ihsan juga menambahkan bahwa sejak awal keluarga pasien menduga siswi tersebut keracunan MBG, namun pihak RS Permata menegaskan belum ada bukti medis yang mendukung dugaan itu.

“Dari hasil laboratorium, elektrolit normal, fungsi ginjal normal. Biasanya kalau keracunan ada perubahan, tapi ini tidak. Maka arah penyakit lebih ke saraf, bukan keracunan,” jelasnya.

Karena dokter spesialis saraf di RS Permata sedang cuti, pasien dikonsulkan ke dokter penyakit dalam dan direncanakan untuk dirujuk ke rumah sakit lain.

“Pasien sudah diberikan obat lambung, terapi kejang, dan edukasi kepada keluarga. Beberapa rumah sakit sempat dihubungi, namun penuh atau spesialis saraf sedang cuti. Akhirnya RS Wijaya Kusuma menerima rujukan pasien,” tutur dr. Ihsan.

Ia menegaskan kembali bahwa klaim pasien meninggal akibat MBG berasal dari pihak keluarga, bukan berdasarkan hasil diagnosa medis.

“Kami garis bawahi, cairan hijau bukan racun, hasil laboratorium normal, sehingga dugaan keracunan MBG tidak terbukti,” pungkasnya.***

Deskripsi Iklan Anda