Pemimpin Yang Adil

Kamis, 24 April 2025, April 24, 2025 WIB Last Updated 2025-04-24T12:23:40Z


Oleh: Imam Nur Suharno

Pembina Korps Mubaligh Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat


Berkaitan pemimpin yang adil, Allah SWT berfirman, “Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS Shad []: 26).38.


Ayat di atas mengandung pelajaran yang sangat berharga bahwa pemimpin itu harus adil dan tidak boleh mengikuti hawa nafsu (dzalim). Dalam Tafsir as-Sa’di disebutkan bahwa berlaku adil itu tidak mungkin dapat dilakukan kecuali dengan ilmu pengetahuaan tentang wajib (faham agama), pengetahuan tentang realita (cerdas), dan kemampuan menegakkan yang haq (berani).


Sedangkan mengikuti hawa nafsu adalah seperti lebih condong kepada seseorang karena adanya hubungan keluarga, hubungan persahabatan, rasa cinta atau rasa tidak suka kepada yang lain.


Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.” (QS Al-Maidah [5]: 8).


Memiliki pemimpin yang adil dan amanah merupakan anugerah yang sangat besar. Karena dengan pemimpin yang adil dan amanah akan lahir banyak kebaikan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Sebaliknya, ketika suatu masyarakat kehilangan atau tidak dipimpin oleh pemimpin yang adil dan amanah, maka musibah besar bagi bangsa.


Rasulullah SAW bersabda, “Satu hari di bawah pemimpin yang adil lebih utama ketimbang ibadah 60 tahun dan satu had yang ditegakkan di bumi sesuai haknya lebih baik dari hujan 40 tahun.” (HR Thabrani, Baihaki, dan Ibnu Asakir).


Oleh karena itu, para salafus saleh sangat besar perhatiannya agar mendapat pemimpin yang adil, atau agar pemimpinnya itu menjadi pemimpin yang adil. Diriwayatkan dari Abdush Shomad bin Yazid al-Baghdady, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Fudhail bin Iyadh berkata, “Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.”


Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.” (lihat dalam Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim al-Ashfahaniy).


Di antara doa yang diajarkan oleh para ulama berdasarkan hadis Nabi SAW berkaitan dengan permohonan pemimpin yang adil, “Ya Allah janganlah Engkau Kuasakan atas kami orang yang tidak takut kepada-Mu dan yang tidak menyayangi kami.”


Dari doa ini kita memahami bahwa ada dua ciri pemimpin yang adil, yaitu takut kepada Allah dan menyayangi rakyatnya. Doa ini termasuk doa mohon perlindungan. Berlindung dari memiliki pemimpin yang dzalim, yang tidak takut kepada Allah, dan tidak punya rasa kasih sayang terhadap rakyatnya.


Pemimpin yang tidak punya rasa takut kepada Allah, pasti akan berlaku sewenang-wenang, akan sombong karena merasa dirinya sebagai penguasa, akan melakukan apapun demi ambisi kekuasaannya. Contohnya Fir'aun, saking merasa dirinya berkuasa, ia sampai mengaku dirinya sebagai Tuhan. Akibatnya ia tidak punya rasa kasih sayang kepada rakyatnya, bahkan rakyatnya ditindas dan diperbudak.


“Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash [28]: 4).


Sebaliknya, pemimpin yang memiliki rasa takut yang besar kepada Allah, pasti akan bersikap hati-hati, tidak akan berani melakukan kedzaliman, dan pasti akan berlaku adil, serta menyayangi rakyatnya. 


Allah SWT berfirman, “Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Tuhannya, mereka sangat berhati-hati.” (QS Al-Mu'minun [23]: 57). Dalam ayat yang lain, “Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.” (QS Al-Mu'minun [23]: 60).


Contoh pemimpin adil yang takut kepada Allah dan menyayangi rakyatnya adalah Umar bin Khattab RA, saking takutnya kepada Allah, diriwayatkan bahwa beliau pernah berkata: “Seandainya seekor keledai terperosok di kota Irak niscaya aku takut akan ditanya oleh Allah SWT: “Mengapa engkau tidak meratakan jalan untuknya wahai Umar?”


Betapa besarnya rasa takut beliau kepada Allah SWT. Dan betapa besar perhatiannya terhadap rakyatnya, terhadap binatang saja beliau begitu perhatian, apalagi terhadap manusia, rakyatnya.


Semoga Allah SWT membimbing para pemimpin di negeri ini agar menjadi pemimpjn yang adil, takut kepada Allah, faham agama dengan baik, cerdas dan menyayangi rakyatnya. Amin.


(red)

Komentar

Tampilkan

  • Pemimpin Yang Adil
  • 0

Terkini

Topik Populer