Kosan Per Jam: Jantung Kerusakan Moral yang Dibiarkan Terus Berdetak

Rabu, 16 April 2025, April 16, 2025 WIB Last Updated 2025-04-16T15:47:59Z

Oleh: Yudi Setiadi
Masyarakat Peduli Kuningan

Kosan per jam adalah sebuah istilah yang dulunya dianggap biasa, kini sudah menjadi simbol dari kerusakan moral yang terus dibiarkan berkembang di tengah masyarakat.


Apa yang awalnya mungkin dianggap sebagai solusi praktis bagi pekerja atau pelancong, kini telah berubah fungsi menjadi tempat pertemuan rahasia bagi praktik prostitusi dan seks bebas yang semakin sulit dikendalikan. Ini bukan sekadar soal tempat, ini soal nilai-nilai yang sudah hilang begitu saja.


Jika kita amati lebih dekat, kosan per jam sudah menjadi ladang subur bagi transaksi seksual ilegal. Di Kabupaten Kuningan yang terkenal agamis ini, ternyata banyak kosan yang menawarkan "penginapan cepat" untuk "keperluan singgah sebentar."


Ini bukan hanya tentang orang yang ingin tidur semalam. Kita berbicara tentang praktik prostitusi yang tidak lagi tersembunyi, tapi malah terang-terangan. Beberapa laporan bahkan menunjukkan bahwa sejumlah kosan di kawasan tertentu dijadikan tempat prostitusi online, di mana pengunjung bisa menyewa kamar secara singkat dan menggunakan layanan seksual tanpa batasan.


Apakah kita benar-benar siap menghadapi kenyataan ini? Apakah kita akan terus diam, membiarkan generasi muda kita terjerumus ke dalam dunia yang penuh kebebasan tak terkontrol? Kosan per jam bukan sekadar tempat singgah, ia sudah menjadi sarang bagi kebejatan sosial yang merusak masa depan.


Pemilik kosan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperdulikan dampaknya bagi lingkungan sekitar patut dipertanyakan. Mereka lebih memilih menutup mata daripada mengambil langkah untuk mengubah kenyataan yang merusak.


Lalu, ke mana pengawasan pemerintah dan aparat penegak hukum? Mengapa masalah ini tidak segera ditangani? Di Kabupaten Kuningan ini aparat penegak hukum terkesan lamban dalam menindak praktik ini, meski sudah banyak laporan dari warga.


Ketika tindakan penegakan hukum terlambat, yang terjadi adalah normalisasi dari perilaku yang merusak. Warga sekitar pun akhirnya merasa helpless, terjebak dalam sistem yang seakan membiarkan kebebasan tanpa aturan.


Apakah kita benar-benar rela melihat tatanan sosial kita terkikis oleh kepentingan sesaat? Jika kita terus membiarkan kosan per jam beroperasi tanpa kontrol yang ketat, kita sedang mengizinkan penyebaran penyakit sosial yang lebih besar lagi.


Jangan biarkan uang dan keuntungan sementara merusak pondasi moral masyarakat kita. Sudah saatnya kita angkat suara, karena jika bukan sekarang, kapan lagi?


Kosan per jam bukan sekadar masalah pribadi. Ini adalah masalah besar bagi masa depan kita semua. Jika kita diam, kita turut bersalah.


(red)
Komentar

Tampilkan

  • Kosan Per Jam: Jantung Kerusakan Moral yang Dibiarkan Terus Berdetak
  • 0

Terkini

Topik Populer