KuninganSatu - Diperkirakan pada abad ke - 19 tepat nya di Kabupaten Kuningan memiliki sistem pemerintahan yang bernama Katumenggungan dipimpin oleh seorang Tumenggung. Katumenggungan sendiri setara atau sama halnya dengan Kabupaten pada sekarang ini yang membawahi berbagai Kademangan diberbagai daerahnya masing-masing.
Di Kuningan pada waktu itu terbagi Empat Katumenggungan, yaitu Katumenggungan Linggajati, Katumenggungan Kuningan, Katumenggungan Cikaso, dan Katumenggungan Gebang. Kekuasaan wilayahnya juga mempunyai batasan sesuai daerahnya masing-masing.
Kedaulatan masing-masing Katumenggungan terbagi dalam tiga kekuasaan, ada yang bertanggung jawab kepada Kesultanan Mataram, Kesultanan Cirebon, dan ada Katumenggungan yang berdaulat sendiri. Seperti halnya Katumenggungan Cikaso yang berdiri sendiri tidak bertanggung jawab atau dibawah kekuasaan diantara beberapa Kesultanan yang berkuasa pada saat itu.
Sebab terbagi kekuasaan Kesultanan pada waktu itu terjadi karena ada peranan campur tangan Kolonial Asing yang ada. Antara Kesultanan ada yang sekutu dengan Kaum Kolonial, ada tidak bersekutu dengan Kaum Kolonial, dan ada yang tidak memihak satu sama lain.
Itulah sebabnya kenapa harus terbagi menjadi beberapa Katumenggungan di Kabupaten Kuningan pada waktu itu. Peranan Kaum asing yang berada di Indonesia pada waktu itu sangat berpengaruh pada tatanan politik di Indonesia khususnya di Kalangan Bangsawan yang menduduki beberapa daerah Kerajaan atau Kesultanan yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia.
Bangsa asing yang berawal dari ekspedisi dagang, tergiur dengan potensi di negara kita yang pada akhirnya mereka berusaha memonopoli kegiatan usaha dan politik di negara kita.
Kegiatan monopoli politik bangsa asing pun semakin merajalela, bahkan berbagai kerajaan dan kesultanan tunduk terpengaruh oleh rencana bangsa asing menduduki negara kita. Pada akhirnya timbulah pemberontakan dari bernagai daerah karena kaum pribumi sadar mereka merasa dibohongi dan dicurangi oleh bangsa asing.
Salah satu contoh pemberontakan melawan sekutu kolonial dari Kabupaten Kuningan dari Katumenggungan Cikaso yang dipimpin langsung oleh Tumenggung Argawijaya dan Patih Nagareja yang terkenal sangat sakti mandra guna beserta rakyatnya. Karena pada waktu itu terakhir penaklukan hanya Katumenggungan Cikaso yang belum tunduk kepada pihak Kolonial. Ketiga Katumenggungan sudah berada dalam penaklukan pihak Kolonial, itu pun berkat kelicikan kaum Kolonial sehingga tidak ada lagi pilihan selain menyerah terhadap kaum Kolonial. Dengan strategi kelicikan kaum Kolonial, pada akhirnya Katumenggungan Cikaso pun dapat dikuasai.
Hingga saat ini sejarah perlawan terhadap Kaum Penjajah masih melekat di masyarakat Kabupaten Kuningan, khususnya di daerah-daerah dimana Katumenggungan itu berada. Adapun bukti sejarah atau peninggalan berbagai Katumenggungan masih bisa kita kunjungi dan terawat rapih, mulai dari situs makam, benda-benda peninggalan, dan masih banyak lagi bukti sejarah yang lainnya.
Catatan yang harus kita pahami disini adalah bagaimana cara nya kita menjaga warisan sejarah ini dan bisakah kita menggali pesan atau meneruskan dari kegiatan sosial yang sejahtera tanpa harus ada Penjajah yang menggangu kesejahteraan kita.
.krishna