Notification

×

Iklan

Iklan

TAICHAN AIKI

Samsudin : Siapapun Pemimpin Kuningan Kelak Harus Bisa Menjadi Seorang Guru

Senin, 09 September 2024 | September 09, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-09T16:55:41Z


KuninganSatu - Sebagaimana tidak banyak guru pada sekolah menyadari bahwa ia adalah seorang pemimpin, belum banyak juga para pemimpin yang menyadari bahwa ia adalah guru. Ibarat sebuah ungkapan “Bagaimana hendak memimpin ke masa depan, sedang jalan itu tidak tampak di hadapan?”

Hal tesebut diungkapkan oleh Samsudin yang merupakan Sekretaris Jenderal GRANAT Kabupaten Kuningan kala berbincang dengan kuningansatu.com di ruangan kerjanya, Senin(9/9/2024).

"Ketika saya meminta para guru di sebuah sekolah untuk mengangkat telunjuk dan menunjuk pemimpin di ruangan, kebanyakan akan menunjuk mereka yang memiliki jabatan, seperti kepala sekolah atau wakilnya. Padahal para guru ini setiap hari menghadapi puluhan murid yang mereka pimpin pikiran, perasaan, jiwanya, bahkan masa depannya", ujar Samsudin.

Sebaliknya, kata Samsudin, para pemimpin yang menduduki jabatan juga tak pernah memahami bahwa setiap orang yang berada dalam tim bukanlah mereka yang kompeten dengan sendirinya untuk segala keadaan. Tiap orang selalu perlu untuk belajar, dididik, dan siapa lagi yang bisa menjadi pendidik selain sang pemimpin itu sendiri.

Berkenaan dengan kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Kuningan tahun 2024 ini, ketika ditanyakan tentang sosok pemimpin yang diharapkan untuk Kuningan ke depan kiranya adalah sosok yang mampu menjadi guru baik bagi dirinya sendiri, keluarganya, lingkungan kerjanya, terutama bagi masyarakat secara umum.

"Siapapun yang terpilih sebagai pemimpin Kuningan kelak, saya harap beliau bisa menjadi seorang guru", jawab Samsudin singkat.

Sang pemimpin yang secara pribadi dirinya harapkan adalah pemimpin yang bisa mencontohkan segala sesuatu yang baik kepada lingkungan masyarakatnya sehingga mereka merekam dalam jejak pikiran dan membentuk rasa, lalu keinginan untuk menirunya.

Contoh seorang yang tidak pernah ikut kursus kepemimpinan, bisa memimpin setelah sekian tahun ia bekerja? Bukan karena bakat atau garis tangan. Melainkan ia belajar memimpin juga, dari caranya dipimpin.

"Jadi pemimpin sebenarnya senantiasa mewariskan gaya kepemimpinan pada mereka yang dipimpin olehnya. Suka atau pun tidak, itulah hakikat pemimpin sebagai seorang guru", imbuhnya.

Menyadari hal ini, para pemimpin yang menginspirasi rupanya adalah para pembelajar. Leaders are readers, ungkap pria yang saat ini menjabat sebagai Kepala Sekolah SDN 1 Ciporang.

"Meski tak semua pembaca itu pemimpin, tapi banyak pemimpin, ditemukan adalah pembaca. Betul, belajar tak hanya soal membaca. Namun membaca sepertinya cara mengakuisisi pengetahuan yang paling cepat dan efisien di tengah kesibukan sehari-hari", katanya.

Para pemimpin ini tahu betul bahwa apa yang mereka tahu saat ini hanyalah berasal dari apa yang pernah mereka alami. Dan pengalaman selalu memiliki 2 sisi: baik dan buruk. Efektif dan tidak. Bisa jadi ada banyak pengalaman baik yang bisa diulang lagi. Namun tak sedikit punya pengalaman yang sejatinya tak efektif, namun kadung diadopsi oleh diri tanpa disadari.

Maka belajar terus adalah satu-satunya cara untuk mengkalibrasi pengetahuan yang dimiliki. Sebab mungkin saja seorang pemimpin mengadopsi gaya kepemimpinan pendahulunya, untuk memimpin generasi yang kini telah jauh berbeda. Bukan gaya itu buruk. Ia baik pada masanya. Tapi generasi yang baru memerlukan cara memimpin yang diperbarui pula. Dan sang pemimpin baru bisa mengambil jarak dengan dirinya, lalu melakukan perbaikan, ketika ia terus belajar.

"Pemimpin Kuningan yang terpilih kelak harus mau belajar dari pemimpin sebelumnya dan mengevaluasi apa yang harus dia contoh dan apa yang tidak harus dia contoh, karena baik di zaman itu belum tentu baik di zaman sekarang", tandasnya.

Menjadi guru juga membuat pemimpin memahami bahwa setiap pertumbuhan memerlukan proses. Pencapaian target hanyalah pertemuan antara kemampuan dan kesempatan.

"Tugas utama pemimpin sebagai guru bukanlah semata menggerakkan orang mencapai target melainkan mendidik orang agar selalu memiliki kemampuan untuk menyambut kesempatan", kata Samsudin.

Di titik ini, ungkap Samsudin, dirinya baru memahami kalimat Warren Bennis yang berbunyi Leadership can’t be taught, but it can be learned. Kepemimpinan tak bisa diajarkan.

"Kita mungkin bisa mengajari teori kepemimpinan, tapi bukan kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan hanya bisa dipelajari oleh sang pemimpin melalui pengalamannya. Ia lah yang mesti membuka kesadaran dan memulai perjalanan mendidik diri agar lebih baik dalam mendidik orang lain", ujar Samsudin.

.red

×
Berita Terbaru Update