Notification

×

Iklan

Iklan

TAICHAN AIKI

Iblis Dan Rasa Cintanya Kepada Allah SWT

Sabtu, 07 September 2024 | September 07, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-07T01:18:38Z


KuninganSatu - Membahas cinta mungkin saja kita akan berfikir bagaimana nikmatnya ketika seseorang bercinta. Namun sayangnya, kebanyakan dari kita menganggap bahwa cinta hanya sekedar rasa suka dan rasa untuk memiliki. Padahal, rasa cinta dan rasa suka adalah sesuatu yang sangat berbeda. "Ketika kita menyukai bunga, maka kita akan memetiknya lalu memajang di depan teras rumah, namun ketika kita mencintai bunga maka kita akan merawat dan menyiraminya" kira-kira begitulah pendapat yang dikemukakan oleh Buddha tentang perbedaan antara rasa suka dan rasa cinta.

Ada satu hal yang ingin saya angkat dalam kesempatan kali ini, yakni mengenai hakikat cinta (mahabbah) iblis terhadap Allah SWT. Sudah mafhum diketahui oleh mayoritas umat  muslim bahwa iblis adalah makhluk pembangkang. Makhluk yang termasuk ke dalam golongan malaikat namun dia (dianggap) tidak taat kepada perintah Allah.

Yang perlu diperhatikan adalah asal muasal ketidaktaatan itu sendiri. Ada sebuah pesan menarik yang patut dicontoh dari iblis oleh manusia. Kalau berbicara ma’rifat (pengenalan) terhadap Allah, tentu iblis tidak perlu dipertanyakan.

Banyak penjelasan menerangkan bahwa iblis adalah makhluk yang pandai. Iblis juga bertemu dengan Allah saat di surga bersama para malaikat. Artinya, pengenalan iblis kepada Allah tentu sudah mendalam. Berbeda dengan saya yang mungkin hingga hari ini beragama Islam pun hanya karena orang tua saya dahulu muslim.

Yang sering dan selalu dikenang dari sosok iblis adalah kesombongannya. Yakni, iblis tidak mau disuruh sujud kepada Adam. Dalam percakapan yang umum diketahui, iblis merasa tidak patut bersujud kepada Adam karena iblis diciptakan dari api yang konon lebih mulia sedangkan Adam dari tanah.

Namun benarkah hanya pada kesombongan itu yang akan kita kita ketahui tentang iblis sehingga menyimpan benci kepadanya?

Rabiatul Al-Adawiyah, seorang sufi dari golongan perempuan pun mengakui bahwa rasa damai tidak akan diperoleh dari hati yang menyimpan benci. Maka, Rabiatul pun tidak mau menyisakan ruang dalam hatinya hanya untuk membenci iblis.

Penolakan iblis untuk menyembah Adam sebaiknya dipandang dari sisi positif agar kita dapat menemukan hikmah luar biasa. Kecintaan dan keimanan iblis terhadap Allah semestinya dijadikan cerminan untuk meningkatkan kecintaan dan keimanan kita kepada-Nya.

Al-Hallaj salah seorang sufi yang mengakui cinta dan iman sejati iblis kepada Allah. Iblis menolak menyungkur di hadapan Adam karena sejatinya dia tidak mau menduakan Allah. Karena terlalu cintanya iblis kepada Allah, dia rela menerima apapun kutukan Allah meskipun akan dibakar di api neraka dengan catatan tidak akan menyungkurkan diri di hadapan Adam.

Ahmad Al-Ghazali (adik Imam Ghazali) pun menilai bahwa manusia yang tidak tahu hakikat iblis, masih belum beriman, dan cenderung terperosok menduakan Allah. Artinya, bila kita hendak mencoba melihat penolakan iblis dari sisi positif maka ketidaktaatan iblis dan kerelaannya untuk dikutuk sekalipun oleh Allah, merupakan contoh keikhlasan dalam beriman yang sejati.

Saya rasa hal ini tidak mudah didapat oleh manusia. Cerpen berjudul Gus Jakfar karya Musthafa Bisri atau yang biasa dikenal dengan sebutan Gus Mus tampaknya gambaran yang pas untuk mewakili ini. Salah seorang kiai yang disebut-sebut sebagai seorang ulama namun ternyata akan masuk neraka dapat dijadikan analogi iblis. Kiai tersebut ikhlas dan rela serta tidak menyesali apapun keputusan Allah terhadap dirinya.

Kisah Rabiatul Al-Adawiyah yang hanya mengharap cinta Allah, bahkan beliau pun tidak keberatan kalaupun harus dimasukkan ke neraka. Beliau justru berdoa, jika dia akan dimasukkan ke neraka maka jadikan tubuhnya membesar sehingga tak akan ada manusia lagi yang bisa memasukinya. Sejauh pandangan saya, ini adalah bukti keikhlasan dan keimanan yang patut ditiru. Keikhlasan beribadah bukan untuk mendapat pahala atau pun agar dimasukkan ke surga melainkan semata-mata untuk mendapatkan ridha, kasih dan sayang Allah.

Bagaimanapun bila kita terlalu mengedepankan pahala atau surga dalam beramal maka secara diam-diam kita justru akan terjebak ke dalam syirik khofiy. Tanpa disadari kita beribadah bukan ikhlas untuk Allah melainkan pamrih agar dapat pahala atau surga.

Salah satu pernyataan iblis yang disebut Azazil saat menolak dan menyatakan cintanya kepada Allah dalam kitab at-Tawasin karya Mansur Al-Hallaj, yaitu: “Sesungguhnya tiada jarak yang memisahkan Dikau denganku ketika tujuan tercapai kedekatan dan jarak adalah satu. Kendati aku ditinggal derita keadaan itu akan menjadi karibku jika Kasih itu satu, bagaimana kita bisa berpisah? Dalam kemurnian yang mutlak, Diri-Mu kuagungkan bagi seorang hamba dengan hati yang benar, bagaimana dia menyembah sesuatu selain Dikau?”

Dalam pendapat juga diterangkan oleh beberapa ulama pada kitab klasik, jauh sebelum tuhan menciptakan Adam sebagai manusia pertama, ternyata Tuhan terlebih dahulu menciptakan "Nur Muhammad" atau cahaya Muhammad. Dari cahaya inilah tercipta makhluk tuhan yang lain, seperti malaikat, iblis dan semua makhluk langit. Ketika Jasad Adam diciptakan, iblis sudah mempelajari seluk beluk tubuh adam, bahkan iblis sangat hafal dengan jaringan organ dalam tubuh makhluk baru yakni adam. Singkat cerita, ketika Adam sudah ditiupkan ruh oleh Tuhannya dan melakukan beberapa tes pada semua makhluk langit, dengan sangat mudah Adam menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh tuhan kepadanya, sehingga untuk menghormati Adam, diperintahkan lah semua makhluk langit untuk bersujud pada Adam. Semuanya sangat tunduk dan patuh pada perintah tuhan, kecuali satu yakni sang Iblis.

Sebelum tuhan menciptakan jasad adam, tuhan memerintahkan kepada para makhluk langit untuk tidak sujud kepada selain diri-Nya. Dalam perintah tersebut, terdapat sebuah perbedaan dari perintah tuhan pada makhluknya yang bernama Iblis, tuhan memerintahkan kepada Iblis dengan perintah yang sangat jelas "apapun yang terjadi, jangan pernah bersujud kepada selain aku (Tuhan)". Lantas, ketika Iblis enggan untuk bersujud kepada Adam, apakah hal itu adalah sebuah kesalahan, atau justru adalah bentuk komitmen terhadap cintanya kepada tuhan?.


.red


Referensi

Syaiful Rahman, https://www.kompasiana.com/syaifulrahman/555015d5d59373e2038b457b/membincangkan-hakikat-cinta-sejati-iblis

Moh Ridho Ilahi Robbi, https://www.kompasiana.com/dododewo/65c0b139c57afb22bb20f9d2/setulus-cinta-iblis-pada-tuhannya


×
Berita Terbaru Update